IMPLEMENTASI STRUKTUR BAJA

Kali ini aku ingin membahas mengenai salah satu bagian dari ilmu yang aku tekuni yaitu Struktur Baja. Sebenarnya artikel ini bertujuan sebagai pengingat atau memo aku sendiri karena aku terkadang lupa bagaimana rangkaian struktur baja itu seperti : sambungan, bracing, bentang ideal dan lain-lain secara visual atau riil-nya di lapangan. Sehingga pada artikel ini, aku hanya ingin membahas bagaimana visualisasi struktur baja tersebut jika diterapkan di lapangan, berupa foto-foto yang aku dapat dan aku coba untuk menjelaskan sepengetahuanku. Untuk perhitungan strukturnya mungkin menyusul.

Sebelum membahasnya lebih lanjut, aku coba untuk jelaskan sedikit mengenai mengenai Struktur Baja. Struktur merupakan suatu komponen bangunan yang memiliki fungsi utama untuk menyalurkan beban-beban bangunan ke pondasi yang kemudian disalurkan ke tanah, dengan kata lain struktur itu yang menjadi penentu kekuatan bangunan. Struktur itu ibarat tulang dalam tubuh kita, kalau tidak ada tulang ngga kebayang bentuk tubuh kita kayak gimana, mungkin lembek seperti ubur-ubur :D. Bahan yang digunakan sebagai komponen struktur bangunan yang umumnya kita lihat adalah, kayu, beton bertulang, baja profil, dan lainnya. Sehingga struktur baja merupakan komponen bangunan yang terbuat dari baja (steel) dan berfungsi untuk menopang beban bangunan. Mungkin di masa yang akan datang, bahan untuk komponen struktur mengalami perkembangan seperti menjadi lebih kuat, ringan atau lebih murah.

Komponen struktur utama pada gedung itu terdiri dari balok, kolom, pelat dan pondasi. Nah, di struktur gedung itu sendiri tidak semua komponen struktur harus menggunakan baja. Pada gedung biasanya bagian struktur yang menggunakan baja adalah balok, kolom (berupa baja profil), untuk pelat biasaya masih menggunakan beton bertulang atau kayu. Pelat bisa saja kombinasi antara bondek dan beton. Kemudian pondasi menggunakan beton bertulang karena beton tidak mengalami korosi seperti baja.

Selama kuliah aku belajar bagaimana perhitungan struktur baja agar kuat menahan beban-beban yang bekerja pada gedung. Seiring perjalanan waktu aku menyadari bahwa sebenarnya ilmu teknik-sipil itu tidak saklek. Diperlukan kreatifitas dan pengalaman dalam implementasinya. Jika hanya mengandalkan teori dari buku saja, saya rasa tidak cukup. Namun harus tetap mengacu pada standar-standar yang ada.

Pada dasarnya kita ngga tahu secara pasti dilapangan itu seperti apa, bisa saja ada suatu hal yang tidak terduga atau tidak diperhitungkan dalam perencanaan. Perlu adanya nilai faktor keamanan, ibaratnya seperti naik motor. Misalnya kita memperhitungkan naik motor pulang pergi cukup dengan bensin 2 Liter tetapi kita tidak tahu medan yang ditempuh bisa saja bekelak-kelok tak terduga atau bisa saja ketika dijalan kita lupa membawa jas hujan sehingga harus balik pulang untuk mengambilnya. Maka dari itu diperlukan faktor penambah misalnya kita ambil 1,5, sehingga bensin yang harus kita beli 2 x 1,5 = 3 Liter. Begitupula pada perencanaan struktur bangunan. Faktor penambah ini tidak sembarangan kita tentukan. Ini sudah diatur dalam standar SNI. Sehingga pengambilan nilai faktor penambah dan/atau faktor reduksi itu berdasar. Jika suatu saat kita ditanya kenapa nilai perencanaan ditambah 1,5 kali nya, kita bisa jelaskan sesuai standar yang ada, jika kita ambil tidak sesuai standar dan ditentukan seenaknya atau jauh lebih tinggi dari kebutuhan yang seharusnya, ya akan dianggap korupsi karena menggelembungkan atau istilahnya "mark-up" dari yang seharusnya dibutuhkan.

Nah, itu sedikit mengenai penjelasan struktur baja secara umum. Lanjut ke topik mengenai implementasi struktur baja. Hal ini dilatarbelakangi oleh kesulitanku ketika belajar Struktur Baja pada saat kuliah hanya mengandalkan buku dan ngga terbanyang apa yang sedang dihitung. Sehingga aku berfikir untuk mencari-cari proyek yang sedang dalam pengerjaan dan menggunakan struktur baja. Jalan-jalan ke daerah Ubud, eh ngga sengaja melihat bangunan bale banjar yang sedang dibangun dan kebetulan menggunakan baja. Aku langsung berhenti untuk foto-foto. Puas rasanya karena rasa penasarannku terbayarkan. Berikut foto-foto dan sedikit penjelasan yang aku ketahui.

Foto ini memperlihatkan kolom baja profil yang tertopang pada kolom pedestal yang terbuat dari beton bertulang. Aku baru menyadari bahwa untuk menyesuaikan elevasi kolom agar lebih presisi bisa diatur dengan baut pada kedua sisi pelat baja. Dari foto terlihat elevasi kolom pedestal tidak sesuai dengan keadaan sehingga bautlah yang membantu menyesuaikan elevasinya. Celah atau rongga yang timbul kemudian bisa di grouting menggunakan pasta semen agar lebih kuat. Walaupun terlihat melayang karena belum di grouting, kenyataannya struktur dapat tertopang dengan baik meskipun semua  bagian struktur telah terpasang. Seandainya aku hanya mengadalkan informasi dari buku, kemungkinan aku tidak berani untuk menyarankan menyesuaikan elevasi dengan baut saja. Karena kenyataannya ternyata aman-aman saja, maka aku berani untuk merekomendasikan seperti ini, dengan melihat skala gedung harus sesuai dengan gedung Bale Banjar ini.

Ini foto dari kejauhan. Kelihatan kan semuanya.

Ketinggian kolom pedestal bervariasi sehingga menghasilkan elevasi yang sama untuk penempatan kolom baja diatasnya. Perlu menjadi catatan bahwa tinggi profil baja diusahakan seragam, tidak berbeda-beda, apabila berbeda maka akan mengakibatkan ada bagian yang harus dipotong atau ditambahkan sehingga menjadi tidak efisien dan membuang potongan yang tidak digunakan (boros/ mubazir). Lebih baik yang divariasikan ketinggiannya adalah kolom pedestal yang terbuat dari beton bertulang. Sehingga ketinggian kolom baja menjadi sama dan seragam, pemesanan/ pembelian baja pun menjadi mudah, tinggal bilang aja ke dagangnya "pak pesen baja panjang 6 meter 12 buah" beres, ngga perlu bilang "pak pesen baja 5 meter 1 buah, 1,5 meter 1 buah, 1,78 meter 1 buah, 2,394 meter 2 buah bla, bla, bla...." dijamin dagangnya bakal bawain kamu golok...

Ini foto sambungan antara kolom dan balok. Foto ini menjelaskan bagaimana bentuk sambungannya. Dari foto ini juga memperlihatkan bahwa setiap sambungan itu memiliki bentuk yang berbeda dan menyesuaikan dengan dimensi penampang  melintang baja. Disinilah dibutuhkan nalar dan kreatifitas manusia untuk menentukan bentuk sambungan itu sendiri yang kemudian dikembangkan dalam perhitungan untuk menganalisa kekuatannya. Disinilah yang saya maksud bahwa ilmu teknik sipil itu tidak saklek, tidak harus bentuknya itu-itu saja, bisa dikembangkan ke bentuk yang asalkan hasilnya kuat dan memiliki estetika.

Bagaimana kalau sambungannya lebih dari 2 batang? gambar ini menjelaskan, jadi bisa dibuatkan baja profil yang memiliki sisi enam buah atau menyesuaikan untuk tempat sambungan.

Kalau miring bagaimana nyambungnya? lihat foto!

Ini gambar wide-nya, zoom-zoom aja jika kalian ingin lihat lebih detail.

Selain proyek Bale Banjar di Ubud, aku juga punya foto struktur baja gedung EF.





Nah dari foto-foto yang sudah aku perlihatkan, disana dapat dipelajari bagaimana sambungan tiap-tiap komponen. Aku juga menyadari bahwa sambungan itu bisa dibuat sesuai dengan kreatifitas asalakan bisa dikerjakan dengan mudah dan sifatnya logis. Itulah pentingnya perencanaan. Apabila kita tidak merencanakan dengan baik maka hasilnya juga akan jelek. Tidak bisa kita hanya menyalahkan pekerja apabila hasilnya jelek, karena mereka mengikuti apa yang kita rancang. Kalau perencanaannya tidak logis, pekerja juga akan bingung.

Artikel ini aku buat untuk memberikan gambaran bagaimana implementasi Struktur Baja di lapangan. Semunya menjadi jelas apabila kita lihat secara langsung bagaimana kenyataanya. Aku pun menjadi terbayang dan tidak hanya sekedar tahu melalui buku saja. Itu lah pentingnya kita melakukan pengamatan di lapangan.




Comments